Hai, hai, kali ini mau ngeposting tentang hal yang baru, bukan tentang model bukan tentang Ipa 3 smantiq, dan juga bukan tentang film maupun lirik lagu. Yap, kali ini mau ngeposting tentang Cerpennnnnn...... Cerpen kali ini bukan buatan saya, tapi bikinan teman saya dari kelas sebelah, Big Thanks to Ines Miryam Paulus yang sudah bersedia cerpennya di posting di blog gue.Dan ini dia cerpennya
“Jemariku yang tebiasa melukiskan indah lekuk wajahmu, sekarang mencoba
menguraikan kata kata indah melukiskan kisah tentang kita “
Entahlah……
Seseorang
mungkin bisa menebak akhir dari sebuah
kisah cinta yang difilmkan atau dibukukan , tapi ketika orang itu sendiri yang
mengalami rasanya cinta, jangankan tahu, bahkan tak seorangpun bisa menentukan
akhirnya, begitu juga dengan kapan kau akan jatuh kedalam aliran cinta itu, kau
takkan pernah tahu, karena cinta datang secara tiba- tiba.
“cinta seperti sungai jika kau
jatuh kedalamnya kau hanya bias pasrah dan mengikuti arusnya entah ia akan
membawamu ke laut lepas atau kau akan
terdampar disuatu tempat yang asing hilang arah, dan akan membunuhmu secara
perlahan. Kali ini aku telah jatuh dalam derasnya aliran cinta, kemana cinta
akan membawaku??? Entahlah J “
***
S
|
inar matahari senja yang terlihat sudah mulai tenggelam
diufuk barat kini hanya menyisakan bias-bias cahaya yang entah mengapa terlihat
berpendar dengan pilu serasa enggan untuk menyinari tubuh mungilku yang sedang duduk dengan teduhnya diatas
butiran pasir, ditemani gemerisik ombak pantai dan bisikan-bisikan angin yang
menciptakan nada-nada pilu ditelingaku.
Aku menatap
langit sore itu . Warna jingga disetai mentari yang bulat kehitaman mulai
terbenam. Angin membelai tubuhku begitu indah. Aku memejamkan mataku sejenak
menikmati tubuhku yang terasa begitu menyatu pada alam dan suasana sore ini.
Namaku
Senja, Senja Putri lengkapnya. Setiap hari dikala senja aku selalu ada disini
duduk dalam diam seakan dengan setia mendengar ombak bercerita tentang kemana
angin telah membawanya pergi , seakan dengan setia mendengar sang mentari
bercerita tentang perjalananya dari ufuk timur hingga menghilang di ufuk barat.
Dan aku pun ikut bercerita, bercerita tentang kemana cinta membawakku pergi.
Seperti
sebuah kewajiban, sudah 10 tahun ini setiap harinya aku selalu menulis cerita cintaku di selembar
kertas atau sekedar melukis wajah seseorang yang selalu kuingat dengan pasti
lekuk wajahnya . Tak terhitung sudah
berapa lembar kertas yang kuhabiskan, sudah cukup membuktikan bahwa cinta
membawaku pergi sangat jauh, kali ini aku ingin mengenang lagi, tentang dia J, dia yang telah membawaku jatuh
kedalam derasnya aliran cinta.
***
Aku mengoyak-ngoyakkan
tasku yang lusuh berwarna coklat dengan warna yang mulai pudar yang sudah sedari
tadi berda disampingku, mencari selembar kertas dan sebuah pensil yang sudah
lama menjadi pendengar setia untuk setiap kisahku, aku seorang seniman, lebih
tepatnya seorang pelukis. Dari sekian banyak bintang seorang seniman pasti akan
menemukan bintang inspiransinya, dan aku telah menemukannya. Pensil yang
kuselipkan diantara jemarikku mulai menari
indah diatas selembar kertas melukiskan setiap lekuk wajahnya yang selalu
kuingat dengan pasti. Perlahan-lahan aku menggoreskan pensilku mengukir indah
matanya, sepasang bola mata yang selalu bisa membuatku merasakan sengatan
listrik kecil diseluruh tubuhku, dia adalah Rainer Fransisco. Bintang
inspirasiku.
Layaknya
mengetik sebuah kata pada kotak search
di komputer, semua file cerita tentangnya langsung memenuhi kepalaku saat aku
memikirkan nama itu, filem-filem yang memuat segudang cerita lengkap dengan
tanggal-tanggalnya masih tersimpan rapih di sudut ingatankku.
Seiring
dengan goresan pensilkku diselembar kertas. Tanpa sebuah perintah otakku
membuka satu persatu file-file cerita tentangnya….
***
File pertama disudut ingatankku
12 Juli 2011
Bisa
dibilang ini adalah Pagi yang cerah untung hati yang cerah, sang mentari pagi membiarkan
sinar-sinarnya membelai kulitku seakan memberiku semangat pagi ini, entah apa
yangmembuat suasana hatikku seperti ini aku tak tau pasti, hari ini adalah hari
dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah Senja Putri memakai seragam SMA, hahaha, apakah itu terdengar konyol??
sekarang aku
berumur 15 tahun , tapi aku belum pernah merasakan apa itu cinta, usia 15 tahun
adalah usia yang tidak cukup pantas untuk mengenal sesuatu yang disebut cinta
menurutku , yah aku sendiri juga tidak mau
mengenal atau bahkan merasakan apa itu cinta.
Aku bisa
disebut sebagai seseorang yang pelit suara alias pendiam, entah mengapa, itu
sudah menjadi sifatku sejak kecil, aku lebih suka menuangkan pikiranku dalam
selembar kertas entah dalam bentuk lukisan atau tuliasan, sifat inilah yang
membawaku dalam kesendirian hingga saat itu….
Saat dimana
dengan tiba tiba ada masuk dalam hatikku, berawal dari 2 pasang mata yang saling beradu tak lebih
dari 3 detik. Perasaan seperti terkena sengatan listrik adalah perasaan yang kudapatkan
saat itu tapi anehnya aku masih bisa berdiri
dengan tegak, perutku tiba-tiba dipenuhi kupu-kupu yang menusuk-nusuk, perasaan
yang aneh , entahlah ini terjadi saat aku melayangkan pandanganku pada
seseorang lelaki ditempat parkir sekolahku yang tanpa sengaja juga sedang
menatap kearahku, aku tak pernah melihat dia
sebelumnya.
Tanpa
memperdulikan rasa yang aneh itu aku meneruskan langkah menuju kelas baruku ,
kusimpan tas di atas sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan cat coklat
yang sudah kering melumuri meja tersebut, belum ada seorangpun dikelas itu,
sejenak kupandangi kelas barukku yang
akan menjadi tempatkku menuntu ilmu 1 tahun kedepan.
“hai” sahut
seorang lelaki bertubuh tinggi dibelakangku yang berhasil mengaggetkanku dan
membuyarkan semua lamunan ku
“ hmm” kata
ku datar sambil dengan spontan membalikkan badan untuk melihat siapa yang
dengan beraninya merusak lamunanku. Dan seketika itu juga lututku menjadi kaku
aku seakan seperti disihir menjadi patung. Dan perasaan aneh tadi muncul lagi
sudah 2 kali aku mendapat sengatan listrik hari ini tapi sekali lagi aku masih
baik-baik saja. Dan kupu-kupu yang sempat menghilang tadi datang lagi menyerang
perutku, entah darimana datangnya.
“kau dikelas
Xc juga?? Berarti kita sama dong, kenalin aku Reiner Fransisko, panggil aja
Rainer atu Rain, terserah kamu saja. Nama kamu?” ia memperkenalkan dirinya dengan senyum yang mengembang indah dipipinya.
Aku yang tadi sempat disihir mejadi patung akhirnya dapat
kembali bergerak dengan bebas saat mendengar namanya, mungkin nama itu adalah
penangkal sihirnya. Entahlah aku tak mengerti
“Senja Putri”
jawabku singkat.
***
Aku kembali tersenyum
sendiri ketika flie pertama tentangnya dibuka dalam ingatankku, riuh ombak yang
kudengar menjadi melodi yang indah untuk cerita itu.
File kedua disudut ingatanku
19 september 2011
Hari-hari
semenjak aku menginjak bangku SMA menjadi semakin menyenangkan, aku mendapat
teman-teman yang sangat baik, salah satunya tentu saja Rainer, teman yang bisa
membuatkku merasakan sengatan listrik puluhan kali dalam sehari, tapi aku tidak
pernah sekalipun mengalami luka bakar karenanya, sampai sekarang aku masih
tidak mengerti dengan perasaan yang tiba tiba menyerangku saat aku melihat dia,
sampai pada hari itu….
Aku sedang duduk
dikursiku, dengan tangan kanan yang sedang menopang daguku, entah apa yang
waktu itu aku pikirkan.
“Senja, ntar
sore ada waktu nggak, keluar yuk” sontak aku kaget, dan jantungku tiba-tiba
saja berdetak dengan sangat cepat, bukan karena kata-katanya atau karena ada
yang mengaggetkanku, tapi lagi-lagi karena suara yang keluar dari sesosok lelaki
berumur sebaya denganku yang beberapa bulan ini menimbulkan perasaan aneh yang
dapat dirasakan semua organ tubuhku, perasaan yang tak pernah kurasa
sebelumnya. Aku mulai mengatur nafasku kembali dan memberikan waktu untuk
otakku mencerna kata-kata yang tadi ia sampaikan, sempat aku merasa kaget
ketika otakku dengan lamban mengartikkan kata-kata itu.
“ Kemana?”
Tanya ku masih dengan tanggapan yang sangat singkat.
“ Adadeh,
kamu pasti suka, ayo dong, mau kan? Jam 4 aku tunggu kamu di mocca café ,
okeh?” jawab Rainer dengan nada yang sedikit memaksa
“ Okeh” aku
langsung menjawabnya. Entah mengapa otakku bekerja sangat lamban untuk mengartikan
kata-kata yang keluar dengan cepat dari mulutnya, sehingga aku memutuskan untuk
tidak melibatkan otakku, aku menyutujui ajakkannya dengan begitu saja, entah
dari mana kata-kata itu keluar.
Jam dinding
kamarku menunjukkan pukul 15:30, dan aku masih sibuk mengutukki diriku sendiri
yang tidak bersabar menuggu otakku bekerja sehingga tidak begitu saja menerima
ajakkannya, entah mengapa aku seperti tak siap ,hatikku tiba-tiba saja menjadi
gelisah, napasku tak beraturan, entah sudah berapa putaran aku mengelilingi
kamarku dengan pikiran yang tak karuan. Lagi-lagi ini perasaan yang asing
bagiku. Aku berharap jarum jam berhenti berputar, sehingga jarum panjang jangan
dengan begitu cepat menunjuk angka 4, tapi kenyataanmya berbeda dengan harapan
ku, jarum jam seakan- akan memacu kencang gasnya sehingga jarum panjang pun tak
membutuhkan waktun lama untuk mencapai angka 4.
Aku bersiap
untuk pergi walaupun dengan perasaan hati yang tak tentu aku tak berani untuk
membatalkan janjian dengan Rainer .
Sebelum masuk
ke café itu aku mengatur napas ku dengan baik, aku sampai lupa bagaimana
seorang manusia bernapas dengan normal, badanku serasa membeku walaupun
sebenarnya suasana hangat meliputi café itu.
Dengan
langka pasti aku masuk dan menolehkan kepalaku kesana kemari mencari sesosok lelaki
berbadan tinggi itu. Dan ternyata dia sudah ada di sana duduk di pojokan café itu
ditemani segelas capuchino, matanya hanya menatap lurus pada secangkir
capuchino didepannya. Entah apa yang dipikirkannya
“ Sorry,
udah lama nunggu yah? Sorry banget yah” kataku dengan perasaan bersalah, aku
takut Rainer akan memarahiku karna ia sudah menuggu terlalu lama
“ Ngak papa kok,
duduk aja” Rainer dengan gentlenya bangun dari tempat duduknya, menarikkan kursi
untukku dan mempersilahkan aku untuk duduk.
“ Kalo boleh
tahu, kita kesini ngapain yah?” Tanya ku dengan spontan tanpa basa-basi, aku
juga tak tahu bagaimana kata-kata itu bisa dengan lancar keluar dari mulutku, lagi-lagi
aku tak melibatkan otakku saat aku berbicara dengannya mungkin karena rasa
penasaranku yang memuncak untuk mendengar jawaban Reiner untuk pertanyaanku tadi.
Reiner sedikit kaget dengan pertanyaan ku, mungkin aku terlalu cepat
menanyakannya. Dia menunduk sejenak, lalu mengangkat mukanya kembali, dia
menatapku dalam-dalam membuat aku sekali lagi disihir menjadi patung.
“ Aku nggak
tahu udah dari kapan rasa ini muncul, tapi aku udah cape nahan ini semua, aku
mau jujur kalo aku, sayang sama kamu, mungkin ini terlalu cepat untuk kamu,
tapi aku nggak tahu gimana? Pokoknya, yah pokoknya mau nggak kamu jadi pacar
aku?” aku baru lihat Reiner segugup ini, kalimat yang keluar dari mulutnya itu
yang baru ku dengar sedetik yang lau mampu menghentikan fungsi dari setiap organ dalam tubuhku, jiwakku seakan
lenyap dibawa pergi angin bersama dengan kata-katanya yang masih terngiang
jelas ditelingaku ,aku hanya menatapnya
tak percaya, butuh waktu bagiku menormalkannya kembali.
“ Ya aku
mau” hatiku ternyata bekerja lebih cepat dari otakku, dan lagi kata-kata itu
keluar dengan spontan tanpa memberi waktu untuk otakku berpikir.
Dan senja
itu menjadi senja pertama untuk kami , dan hujan pun turun, mungkin hujanpun ingin
ikut memberikan kenangan indah untuk
cerita kami, entah kenapa saat itu senja dan hujan terlihat sangat indah.
***
Aku
tersenyum lagi mengingat certta itu, tampak kebahagiaan yang tak bisa
kulukiskan tersirat diwajahku, sambil aku menutup file kedua di sudut
ingatankku.
Masih
banyak file tentangnya yang belumku buka,i tapi entah siapa yang menggerakkan
kursor diotakku sehingga akhirnya kursor diotakku menunjuk pada file terakhir
disudut ingatankku, belum sempat kubuka file itu Jar- jari yang sedari tadi masih
lincah bergerak tak tentu arah menggoreskan pensil pada kertasku yang sudah mulai
terlihat lekuk wajah orang yang sangat kukenal , bintang inspirasiku, tiba-tiba
saja jemariku gemetar dengan hebatnya,
entah karena dinginnya angin disenja itu atau karena rasa sesak didadaku
seperti ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari tubuhku, tubuhkupun
bergetar hebat, seakan-akan menyimpan kesakitan yang luar biasa.
Kupaksakan
jariku untuk tetap stabil dan kembali menyelesaikan gambar itu.
***
File terakhir disudut ingatannku
Sudah 2 tahun
kami bersama dan perlahan-lahan aku
mulai mengenal apa itu cinta.
Hari-hariku
bersama Rainer terasa begitu indah, tidak ada lagi senja yang hanya menutup
dirinya dalam diam, tidak ada lagi senja yang menyimpan keindahannya untuk
dirinya sendiri, karena kini hujan datang menjadikan senja lebih indah….
Tapi kadang
hujan tak selalu datang dikala senja, kadang hujan membiarkan senja sendirian
sampai langit jingganya ditutupi awan hitam yang pekat.
Seperti yang
aku rasakan,…..
Sudah seminggu
ini entah kenapa hujan tak datang lagi dikala senja.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau
sedang berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi”
Hari ini
sudah tak terhitung lagi berapa banyak kali aku mencoba menelponnya, tetapi
bukannya mendapat kabar darinya, yang kudapat adalah sepenggal kalimat dari
seorang wanita yang dengan setia terus menjawab telponku dengan kalimat yang
sama, sudah cukup menjelaskan bahwa Reiner mungkin sedang sibuk atau dengan
sengaja menjauh dariku, entahlah…..
Aku tak tahu
harus mencarinya kemana, aku terlalu pengecut untuk datang kerumahnya sekedar
untuk melihatnya , ditambah lagi dengan kenyataan bahwa liburan sekolah yang
masih panjang menghapus harapanku untuk dapat menemuinya dikelas dan menghujaninya
dengan ribuan pertanyaan yang menumpuk dipikiranku.
‘Rainer kamu kenapa ? Rainer, jangan tinggalin
aku, jangan cuekin aku kayak gini, Rainer, aku cape nangis terus, aku nggak tahus
gimana lagi, kamu dimana?’
Pertanyaan-pertanyaan
itu mengalun pilu dikepalaku diringi dengan cairan bening yang keluar dari mataku
dengan derasnya.
Aku masih terbaring lemas ditempat
tidurku, sepi, sunyi, sambil berharap deringan ponselku memecah kesepian ini,
bertanda bahwa Rainer menghubungiku atau sekedar mengirimkan pesan padaku.
Benar saja
seketika itu juga, ponselku berdering, jantungku berdetak dengan hebat, kulihat
nama yang muncul dilayar ponselku, nama yang membuatku tersenyum walaupun saat
aku menangis.
Dengan
spontan aku menyentuh tombol jawab dilayar ponselku.
“ Kamu
kemana aja, kenapa nggak ngabarin aku sih?”
“ Senja, udah yah, jangan hubungin aku lagi,
aku udah nggak sayang sama kamu”
Tiiitt..
tiiittt.. tiit….
Nada itu
seakan tak memberiku kesempatan menanggapi apa yang baru saja kudengar, aku
masih berdiri kaku dengan ponselku yang masih kurapatkan di telingaku , nyawaku
seakan melayang jauh entah kemana, kepalaku mencoba mengartikan kata- kata yang
baru saja ku dengar. Tapi otakku masih saja tak berfungsi, lagi-lagi hatiku
mendominasi pikiranku.
Beberapa
menit kemudian aku mendapati diriku terbaring tak berdaya ditempat tidurku
dengan tetesan cairan bening yang tak mau berhenti keluar dari mataku, dadaku
sesak, aku terus mengepal kedua tanganku erat-erat menyalurkan emosi dari hatiku
yang mengalir deras keujung jemariku, aku tak pernah mendapati diriku selemah
ini?
Aku
memaksakan otakku bekerja lebih keras, terbesit sebuah pertanyaan ‘Apa salah
ku?’ atau mungkinkah harus seperti ini akhir dari sebuah kisah cinta???
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau
sedang berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi” aku mencoba menghubunginya lagi mengharapkan
penjelasan atas kata-kata yang ia lontarkan tadi. Mengharapkan ada secerca
harapan untuk senja kembali menyatu dengan hujan membentuk suatu keindahan.
Tapi
akhirnya aku menyerah, aku hanya bisa berharap hujan datang lagi dikala senja.
***
Kututup
kembali file terakhir disudut ingatan ku itu file yang berisi cerita cinta yang
membawakku tersesat disuatu tempat, entah dimana.
Masih
terasa betul sakitnya,
10
tahun sudah aku menutup file itu rapat-rapat dan kusimpan dengan rapih disudut
ingatan ku.
Cerita
yang membawa aku ke sini, disenja yang tak lagi bercerita tentang cinta dan
hujan yang tidak bercerita lagi tentang rindu.
Aku
kembali memfokuskan pikiranku pada gambar seorang lelaki diselembar kertas yang
seakan menuntutku untuk menyelesaikannya ,sembari airmata tak henti mengiringi
kisahku
Senja
selalu merelakan langit jingganya ditutupi awan hitam saat hujan datang, tapi meskipun
begitu sikap egoisku tetap mengatakan hujan dikala senja itu indah, dan disetiap
senja aku selalu menunggu hujan itu datang lagi bersama dirimu.
Untuk hujankku: kembalilah, senja
menantimu……
*** The End ***
Goresan Pena Penulis
Hai,
namaku Ines Miryam Paulus, siswi SMA negeri 3 kelas XII IPA 2 angkatan
2013/1014. Ini pertamakalinya aku mencoba menulis cerpen. Cerpen ini
terinspirasi dari kiisah cintaku sendiri, walaupun ada tambahan dan pengurangan
disana-sini.
Di sini ini juga saya ingin
mengucapkan terimakasih,
Yang pertama tentunya untuk Tuhan
yang Maha Esa, yang telah memberikan banyak talenta di kehidupanku.
Yang kedua , spesial untuk
bintang inspirasiku, seperti pada cerpen ini, aku selalu menjadikan dia bintang
inspirasi.
Yang ketiga, untuk
sahabat-sahabatku, RSC, khususnya Idha, yang sudah menjadi pembaca pertama dan
sekaligus menjadi editorku, untuk Niia yang memberiku saran nama untuk tokoh
pada cerpenku, untuk Keithy yang selalu memberiku semangat, untuk Febyy terima
kasih telah meminjamkan namanya sebagai tokoh utam dicerpen ini, dan kepada
yang lainnya yang tak bias ku sebutkan satu persatu.
Dan yang terakhir, terima kasih
kepada siapapun yang telah membaca karyakku, itu adalah penghargaan bagiku, minta
maaf jika cerpen ini kurang memuaskan.
Bagus kan cerpennya ??? Pasti bagus dong, ahahaha ( Entahlah ). Yang bisa menilai adalah kalian sendiri, dan sekian dari saya sampai bertemu dipostingan berikutnya, Terima kasih.
No comments:
Post a Comment