Friday, 14 March 2014

Entahlah

 

Hai, hai, kali ini mau ngeposting tentang hal yang baru, bukan tentang model bukan tentang Ipa 3 smantiq, dan juga bukan tentang film maupun lirik lagu. Yap, kali ini mau ngeposting tentang Cerpennnnnn...... Cerpen kali ini bukan buatan saya, tapi bikinan teman saya dari kelas sebelah, Big Thanks to Ines Miryam Paulus yang sudah bersedia cerpennya di posting di blog gue.Dan ini dia cerpennya





“Jemariku yang tebiasa melukiskan indah lekuk wajahmu, sekarang mencoba menguraikan kata kata indah melukiskan kisah tentang kita “


Entahlah……



              Seseorang mungkin  bisa menebak akhir dari sebuah kisah cinta yang difilmkan atau dibukukan , tapi ketika orang itu sendiri yang mengalami rasanya cinta, jangankan tahu, bahkan tak seorangpun bisa menentukan akhirnya, begitu juga dengan kapan kau akan jatuh kedalam aliran cinta itu, kau takkan pernah tahu, karena cinta datang secara tiba- tiba.
                “cinta seperti sungai jika kau jatuh kedalamnya kau hanya bias pasrah dan mengikuti arusnya entah ia akan membawamu ke laut lepas  atau kau akan terdampar disuatu tempat yang asing hilang arah, dan akan membunuhmu secara perlahan. Kali ini aku telah jatuh dalam derasnya aliran cinta, kemana cinta akan membawaku??? Entahlah J
***

S
inar matahari senja yang terlihat sudah mulai tenggelam diufuk barat kini hanya menyisakan bias-bias cahaya yang entah mengapa terlihat berpendar dengan pilu serasa enggan untuk menyinari tubuh mungilku  yang sedang duduk dengan teduhnya diatas butiran pasir, ditemani gemerisik ombak pantai dan bisikan-bisikan angin yang menciptakan nada-nada pilu ditelingaku.
            Aku menatap langit sore itu . Warna jingga disetai mentari yang bulat kehitaman mulai terbenam. Angin membelai tubuhku begitu indah. Aku memejamkan mataku sejenak menikmati tubuhku yang terasa begitu menyatu pada alam dan suasana sore ini.
            Namaku Senja, Senja Putri lengkapnya. Setiap hari dikala senja aku selalu ada disini duduk dalam diam seakan dengan setia mendengar ombak bercerita tentang kemana angin telah membawanya pergi , seakan dengan setia mendengar sang mentari bercerita tentang perjalananya dari ufuk timur hingga menghilang di ufuk barat. Dan aku pun ikut bercerita, bercerita tentang kemana cinta membawakku pergi.
            Seperti sebuah kewajiban, sudah 10 tahun ini setiap harinya  aku selalu menulis cerita cintaku di selembar kertas atau sekedar melukis wajah seseorang yang selalu kuingat dengan pasti lekuk wajahnya  . Tak terhitung sudah berapa lembar kertas yang kuhabiskan, sudah cukup membuktikan bahwa cinta membawaku pergi sangat jauh, kali ini aku ingin mengenang lagi, tentang dia J, dia yang telah membawaku jatuh kedalam derasnya aliran cinta.
***
            Aku mengoyak-ngoyakkan tasku yang lusuh berwarna coklat dengan warna yang mulai pudar yang sudah sedari tadi berda disampingku, mencari selembar kertas dan sebuah pensil yang sudah lama menjadi pendengar setia untuk setiap kisahku, aku seorang seniman, lebih tepatnya seorang pelukis. Dari sekian banyak bintang seorang seniman pasti akan menemukan bintang inspiransinya, dan aku telah menemukannya. Pensil yang kuselipkan diantara jemarikku  mulai menari indah diatas selembar kertas melukiskan setiap lekuk wajahnya yang selalu kuingat dengan pasti. Perlahan-lahan aku menggoreskan pensilku mengukir indah matanya, sepasang bola mata yang selalu bisa membuatku merasakan sengatan listrik kecil diseluruh tubuhku, dia adalah Rainer Fransisco. Bintang inspirasiku.
            Layaknya mengetik sebuah kata pada kotak search di komputer, semua file cerita tentangnya langsung memenuhi kepalaku saat aku memikirkan nama itu, filem-filem yang memuat  segudang cerita lengkap dengan tanggal-tanggalnya masih tersimpan rapih di sudut ingatankku.
            Seiring dengan goresan pensilkku diselembar kertas. Tanpa sebuah perintah otakku membuka satu persatu file-file cerita tentangnya….
***
File pertama disudut ingatankku
12 Juli 2011
            Bisa dibilang ini adalah Pagi yang cerah untung hati yang  cerah, sang mentari pagi membiarkan sinar-sinarnya membelai kulitku seakan memberiku semangat pagi ini, entah apa yangmembuat suasana hatikku seperti ini aku tak tau pasti, hari ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah Senja Putri memakai seragam  SMA, hahaha, apakah itu terdengar konyol??
            sekarang aku berumur 15 tahun , tapi aku belum pernah merasakan apa itu cinta, usia 15 tahun adalah usia yang tidak cukup pantas untuk mengenal sesuatu yang disebut cinta menurutku , yah aku sendiri juga tidak mau  mengenal atau bahkan merasakan apa itu cinta.
            Aku bisa disebut sebagai seseorang yang pelit suara alias pendiam, entah mengapa, itu sudah menjadi sifatku sejak kecil, aku lebih suka menuangkan pikiranku dalam selembar kertas entah dalam bentuk lukisan atau tuliasan, sifat inilah yang membawaku dalam kesendirian hingga saat itu….
            Saat dimana dengan tiba tiba ada masuk dalam hatikku, berawal dari  2 pasang mata yang saling beradu tak lebih dari 3 detik. Perasaan seperti terkena sengatan listrik adalah perasaan yang kudapatkan saat itu  tapi anehnya aku masih bisa berdiri dengan tegak, perutku tiba-tiba dipenuhi kupu-kupu yang menusuk-nusuk, perasaan yang aneh , entahlah ini terjadi saat aku melayangkan pandanganku pada seseorang lelaki ditempat parkir sekolahku yang tanpa sengaja juga sedang menatap kearahku, aku tak pernah melihat dia  sebelumnya.
            Tanpa memperdulikan rasa yang aneh itu aku meneruskan langkah menuju kelas baruku , kusimpan tas di atas sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan cat coklat yang sudah kering melumuri meja tersebut, belum ada seorangpun dikelas itu, sejenak  kupandangi kelas barukku yang akan menjadi tempatkku menuntu ilmu 1 tahun kedepan.
            “hai” sahut seorang lelaki bertubuh tinggi dibelakangku yang berhasil mengaggetkanku dan membuyarkan semua lamunan ku
            “ hmm” kata ku datar sambil dengan spontan membalikkan badan untuk melihat siapa yang dengan beraninya merusak lamunanku. Dan seketika itu juga lututku menjadi kaku aku seakan seperti disihir menjadi patung. Dan perasaan aneh tadi muncul lagi sudah 2 kali aku mendapat sengatan listrik hari ini tapi sekali lagi aku masih baik-baik saja. Dan kupu-kupu yang sempat menghilang tadi datang lagi menyerang perutku, entah darimana datangnya.
            “kau dikelas Xc juga?? Berarti kita sama dong, kenalin aku Reiner Fransisko, panggil aja Rainer atu Rain, terserah kamu saja. Nama kamu?” ia memperkenalkan dirinya  dengan senyum yang mengembang indah dipipinya.
Aku yang tadi sempat disihir mejadi patung akhirnya dapat kembali bergerak dengan bebas saat mendengar namanya, mungkin nama itu adalah penangkal sihirnya. Entahlah aku tak mengerti
            “Senja Putri” jawabku singkat.
***
Aku kembali tersenyum sendiri ketika flie pertama tentangnya dibuka dalam ingatankku, riuh ombak yang kudengar menjadi melodi yang indah untuk cerita itu.
File kedua disudut ingatanku
19 september 2011
            Hari-hari semenjak aku menginjak bangku SMA menjadi semakin menyenangkan, aku mendapat teman-teman yang sangat baik, salah satunya tentu saja Rainer, teman yang bisa membuatkku merasakan sengatan listrik puluhan kali dalam sehari, tapi aku tidak pernah sekalipun mengalami luka bakar karenanya, sampai sekarang aku masih tidak mengerti dengan perasaan yang tiba tiba menyerangku saat aku melihat dia, sampai pada hari itu….
            Aku sedang duduk dikursiku, dengan tangan kanan yang sedang menopang daguku, entah apa yang waktu itu aku pikirkan.
            “Senja, ntar sore ada waktu nggak, keluar yuk” sontak aku kaget, dan jantungku tiba-tiba saja berdetak dengan sangat cepat, bukan karena kata-katanya atau karena ada yang mengaggetkanku, tapi lagi-lagi karena suara yang keluar dari sesosok lelaki berumur sebaya denganku yang beberapa bulan ini menimbulkan perasaan aneh yang dapat dirasakan semua organ tubuhku, perasaan yang tak pernah kurasa sebelumnya. Aku mulai mengatur nafasku kembali dan memberikan waktu untuk otakku mencerna kata-kata yang tadi ia sampaikan, sempat aku merasa kaget ketika otakku dengan lamban mengartikkan kata-kata itu.
            “ Kemana?” Tanya ku masih dengan tanggapan yang sangat singkat.
            “ Adadeh, kamu pasti suka, ayo dong, mau kan? Jam 4 aku tunggu kamu di mocca café , okeh?” jawab Rainer dengan nada yang sedikit memaksa
            “ Okeh” aku langsung menjawabnya. Entah mengapa otakku bekerja sangat lamban untuk mengartikan kata-kata yang keluar dengan cepat dari mulutnya, sehingga aku memutuskan untuk tidak melibatkan otakku, aku menyutujui ajakkannya dengan begitu saja, entah dari mana kata-kata itu keluar.
            Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 15:30, dan aku masih sibuk mengutukki diriku sendiri yang tidak bersabar menuggu otakku bekerja sehingga tidak begitu saja menerima ajakkannya, entah mengapa aku seperti tak siap ,hatikku tiba-tiba saja menjadi gelisah, napasku tak beraturan, entah sudah berapa putaran aku mengelilingi kamarku dengan pikiran yang tak karuan. Lagi-lagi ini perasaan yang asing bagiku. Aku berharap jarum jam berhenti berputar, sehingga jarum panjang jangan dengan begitu cepat menunjuk angka 4, tapi kenyataanmya berbeda dengan harapan ku, jarum jam seakan- akan memacu kencang gasnya sehingga jarum panjang pun tak membutuhkan waktun lama untuk mencapai angka 4.
            Aku bersiap untuk pergi walaupun dengan perasaan hati yang tak tentu aku tak berani untuk membatalkan janjian dengan Rainer .
            Sebelum masuk ke café itu aku mengatur napas ku dengan baik, aku sampai lupa bagaimana seorang manusia bernapas dengan normal, badanku serasa membeku walaupun sebenarnya suasana hangat meliputi café itu.
            Dengan langka pasti aku masuk dan menolehkan kepalaku kesana kemari mencari sesosok lelaki berbadan tinggi itu. Dan ternyata dia sudah ada di sana duduk di pojokan café itu ditemani segelas capuchino, matanya hanya menatap lurus pada secangkir capuchino didepannya. Entah apa yang dipikirkannya
            “ Sorry, udah lama nunggu yah? Sorry banget yah” kataku dengan perasaan bersalah, aku takut Rainer akan memarahiku karna ia sudah menuggu terlalu lama
            “ Ngak papa kok, duduk aja” Rainer dengan gentlenya bangun dari tempat duduknya, menarikkan kursi untukku dan mempersilahkan aku untuk duduk.
            “ Kalo boleh tahu, kita kesini ngapain yah?” Tanya ku dengan spontan tanpa basa-basi, aku juga tak tahu bagaimana kata-kata itu bisa dengan lancar keluar dari mulutku, lagi-lagi aku tak melibatkan otakku saat aku berbicara dengannya mungkin karena rasa penasaranku yang memuncak untuk mendengar jawaban Reiner untuk pertanyaanku tadi. Reiner sedikit kaget dengan pertanyaan ku, mungkin aku terlalu cepat menanyakannya. Dia menunduk sejenak, lalu mengangkat mukanya kembali, dia menatapku dalam-dalam membuat aku sekali lagi disihir menjadi patung.
            “ Aku nggak tahu udah dari kapan rasa ini muncul, tapi aku udah cape nahan ini semua, aku mau jujur kalo aku, sayang sama kamu, mungkin ini terlalu cepat untuk kamu, tapi aku nggak tahu gimana? Pokoknya, yah pokoknya mau nggak kamu jadi pacar aku?” aku baru lihat Reiner segugup ini, kalimat yang keluar dari mulutnya itu yang baru ku dengar sedetik yang lau mampu menghentikan fungsi dari  setiap organ dalam tubuhku, jiwakku seakan lenyap dibawa pergi angin bersama dengan kata-katanya yang masih terngiang jelas ditelingaku  ,aku hanya menatapnya tak percaya, butuh waktu bagiku menormalkannya kembali.
            “ Ya aku mau” hatiku ternyata bekerja lebih cepat dari otakku, dan lagi kata-kata itu keluar dengan spontan tanpa memberi waktu untuk otakku berpikir.
            Dan senja itu menjadi senja pertama untuk kami , dan hujan pun turun, mungkin hujanpun ingin  ikut memberikan kenangan indah untuk cerita kami, entah kenapa saat itu senja dan hujan terlihat sangat indah.
***
            Aku tersenyum lagi mengingat certta itu, tampak kebahagiaan yang tak bisa kulukiskan tersirat diwajahku, sambil aku menutup file kedua di sudut ingatankku.
            Masih banyak file tentangnya yang belumku buka,i tapi entah siapa yang menggerakkan kursor diotakku sehingga akhirnya kursor diotakku menunjuk pada file terakhir disudut ingatankku, belum sempat kubuka file itu Jar- jari yang sedari tadi masih lincah bergerak tak tentu arah menggoreskan pensil pada kertasku yang sudah mulai terlihat lekuk wajah orang yang sangat kukenal , bintang inspirasiku, tiba-tiba saja jemariku  gemetar dengan hebatnya, entah karena dinginnya angin disenja itu atau karena rasa sesak didadaku seperti ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari tubuhku, tubuhkupun bergetar hebat, seakan-akan menyimpan kesakitan yang luar biasa.
            Kupaksakan jariku untuk tetap stabil dan kembali menyelesaikan gambar itu.
***
File terakhir disudut ingatannku
            Sudah 2 tahun kami bersama dan perlahan-lahan aku  mulai mengenal apa itu cinta.
            Hari-hariku bersama Rainer terasa begitu indah, tidak ada lagi senja yang hanya menutup dirinya dalam diam, tidak ada lagi senja yang menyimpan keindahannya untuk dirinya sendiri, karena kini hujan datang menjadikan senja lebih indah….
            Tapi kadang hujan tak selalu datang dikala senja, kadang hujan membiarkan senja sendirian sampai langit jingganya ditutupi awan hitam yang pekat.
            Seperti yang aku rasakan,…..
            Sudah seminggu ini entah kenapa hujan tak datang lagi dikala senja.
            Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi”
            Hari ini sudah tak terhitung lagi berapa banyak kali aku mencoba menelponnya, tetapi bukannya mendapat kabar darinya, yang kudapat adalah sepenggal kalimat dari seorang wanita yang dengan setia terus menjawab telponku dengan kalimat yang sama, sudah cukup menjelaskan bahwa Reiner mungkin sedang sibuk atau dengan sengaja menjauh dariku, entahlah…..
            Aku tak tahu harus mencarinya kemana, aku terlalu pengecut untuk datang kerumahnya sekedar untuk melihatnya , ditambah lagi dengan kenyataan bahwa liburan sekolah yang masih panjang menghapus harapanku untuk dapat menemuinya dikelas dan menghujaninya dengan ribuan pertanyaan yang menumpuk dipikiranku.
             ‘Rainer kamu kenapa ? Rainer, jangan tinggalin aku, jangan cuekin aku kayak gini, Rainer, aku cape nangis terus, aku nggak tahus gimana lagi, kamu dimana?’
            Pertanyaan-pertanyaan itu mengalun pilu dikepalaku diringi dengan cairan bening yang keluar dari mataku dengan derasnya.
            Aku masih terbaring lemas ditempat tidurku, sepi, sunyi, sambil berharap deringan ponselku memecah kesepian ini, bertanda bahwa Rainer menghubungiku atau sekedar mengirimkan pesan padaku.
            Benar saja seketika itu juga, ponselku berdering, jantungku berdetak dengan hebat, kulihat nama yang muncul dilayar ponselku, nama yang membuatku tersenyum walaupun saat aku menangis.

            Dengan spontan aku menyentuh tombol jawab dilayar ponselku.
            “ Kamu kemana aja, kenapa nggak ngabarin aku sih?”
             “ Senja, udah yah, jangan hubungin aku lagi, aku udah nggak sayang sama kamu”
            Tiiitt.. tiiittt.. tiit….
            Nada itu seakan tak memberiku kesempatan menanggapi apa yang baru saja kudengar, aku masih berdiri kaku dengan ponselku yang masih kurapatkan di telingaku , nyawaku seakan melayang jauh entah kemana, kepalaku mencoba mengartikan kata- kata yang baru saja ku dengar. Tapi otakku masih saja tak berfungsi, lagi-lagi hatiku mendominasi pikiranku.
            Beberapa menit kemudian aku mendapati diriku terbaring tak berdaya ditempat tidurku dengan tetesan cairan bening yang tak mau berhenti keluar dari mataku, dadaku sesak, aku terus mengepal kedua tanganku erat-erat menyalurkan emosi dari hatiku yang mengalir deras keujung jemariku, aku tak pernah mendapati diriku selemah ini? 
            Aku memaksakan otakku bekerja lebih keras, terbesit sebuah pertanyaan ‘Apa salah ku?’ atau mungkinkah harus seperti ini akhir dari sebuah kisah cinta???
            Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi”  aku mencoba menghubunginya lagi mengharapkan penjelasan atas kata-kata yang ia lontarkan tadi. Mengharapkan ada secerca harapan untuk senja kembali menyatu dengan hujan membentuk suatu keindahan.
            Tapi akhirnya aku menyerah, aku hanya bisa berharap hujan datang lagi dikala senja.
***
            Kututup kembali file terakhir disudut ingatan ku itu file yang berisi cerita cinta yang membawakku tersesat disuatu tempat, entah dimana.
            Masih terasa betul sakitnya,
            10 tahun sudah aku menutup file itu rapat-rapat dan kusimpan dengan rapih disudut ingatan ku.
            Cerita yang membawa aku ke sini, disenja yang tak lagi bercerita tentang cinta dan hujan yang tidak bercerita lagi tentang rindu.
            Aku kembali memfokuskan pikiranku pada gambar seorang lelaki diselembar kertas yang seakan menuntutku untuk menyelesaikannya ,sembari airmata tak henti mengiringi kisahku
            Senja selalu merelakan langit jingganya ditutupi awan hitam saat hujan datang, tapi meskipun begitu sikap egoisku tetap mengatakan hujan dikala senja itu indah, dan disetiap senja aku selalu menunggu hujan itu datang lagi bersama dirimu.
Untuk hujankku: kembalilah, senja menantimu……
*** The End ***




Goresan Pena Penulis

Hai, namaku Ines Miryam Paulus, siswi SMA negeri 3 kelas XII IPA 2 angkatan 2013/1014. Ini pertamakalinya aku mencoba menulis cerpen. Cerpen ini terinspirasi dari kiisah cintaku sendiri, walaupun ada tambahan dan pengurangan disana-sini.

Di sini ini juga saya ingin mengucapkan terimakasih,
Yang pertama tentunya untuk Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan banyak talenta di kehidupanku.

Yang kedua , spesial untuk bintang inspirasiku, seperti pada cerpen ini, aku selalu menjadikan dia bintang inspirasi.

Yang ketiga, untuk sahabat-sahabatku, RSC, khususnya Idha, yang sudah menjadi pembaca pertama dan sekaligus menjadi editorku, untuk Niia yang memberiku saran nama untuk tokoh pada cerpenku, untuk Keithy yang selalu memberiku semangat, untuk Febyy terima kasih telah meminjamkan namanya sebagai tokoh utam dicerpen ini, dan kepada yang lainnya yang tak bias ku sebutkan satu persatu.

Dan yang terakhir, terima kasih kepada siapapun yang telah membaca karyakku, itu adalah penghargaan bagiku, minta maaf jika cerpen ini kurang memuaskan.
 



Bagus kan cerpennya ??? Pasti bagus dong, ahahaha ( Entahlah ). Yang bisa menilai adalah kalian sendiri, dan sekian dari saya sampai bertemu dipostingan berikutnya, Terima kasih.

No comments:

Post a Comment